Banner Lomba Periode 1 |
Poster Lomba |
Wisata di Kabupaten Magelang yang satu ini memang belum begitu terkenal
di kalangan wisatawan domestik. Buktinya saja banyak teman-teman saya tak mengetahui tempat ini. Namun lain halnya dengan wisatawan asing yang sudah sering
mengunjungi Wisata Alam Borobudur Nirwana Sunrise yang tidak jauh letaknya dari Candi Borobudur. Terlebih apabila dibandingkan
harga yang dipatok dengan melihat matahari terbit di Kawasan Candi Borobudur,
tempat ini tak kalah daya tariknya memberikan pesona wisata Nusantara.
Punthuk Setumbu |
Singkat cerita, kami berangkat dari Purwokerto sehabis maghrib
menuju Wonosobo. Tujuan awal kami sebenarnya memang untuk berkunjung ke Desa
Tertinggi di Pulau Jawa, ya apalagi kalau bukan Desa Sembungan yang terkenal dengan matahari
terbitnya itu. Manusia memang perencana yang baik, tetapi takdir Tuhan berlaku lain. Waktu itu, kami sampai di Kota Wonosobo
tepat pukul 21.00 malam. Udara saat itu sangat dingin. Awalnya kami singgah untuk
makan mie ongklok di satu warung dekat Alun-Alun. Selagi makan, kami ragu untuk
melanjutkan perjalanan ke Dieng dikarenakan acara yang akan kami datangi hampir selesai dan akan percuma pula bila kami tetap melanjutkan perjalanan untuk melihat acara
tersebut. Apalagi kami tidak membawa tenda. Hingga akhirnya kami galau dengan rencana
awal tersebut. Saya langsung memberikan ide dengan merubah destinasi tujuan Kota Semarang atau Magelang dan
Yogyakarta. Akhirnya dua teman saya, lebih memilih Magelang dan Yogyakarta.
Okeeeee, sebelum melanjutkan perjalan menuju Magelang. Kami istirahat sejenak di rest room salah satu SPBU di Wonosobo untuk sekedar melemaskan badan. Perjalanan kami
mulai tepat pukul 23.00 WIB. Kami melewati jalur Wonosobo-Magelang dengan
berbekal Google Maps. Melewati malam yang dingin dengan mengendarai sepeda
motor. Saya boncengan dengan Yanu, sementara Darius sendirian. Jalanan cukup
sepi dan berbelok-belok. Ditambah banyaknya jalanan yang belum
dilengkapi dengan lampu penerangan jalan. Membuat momen malam itu sangat menantang dan seru tentunya. Merasakan kebebasan dengan melakukan hal yang tak biasa.
Saat itu, kami
melewati suatu desa, entah desa apa namanya. Kami menemukan keramamian, orang-orang berdiri di pinggir jalan dan beberapa polisi (Brimob) yang sepertinya
sedang mengamankan sesuatu. Saya sempat memikirkan hal buruk. Rupanya Yanu
berpikiran yang sama seperti saya. Kami sama-sama berpikir, "mungkin ada penggrebekan ter*ris". Mengingat daerah Wonosobo perbatasan Magelang rawan dengan persembunyian kelompok seperti itu. Kami pun melanjutkan perjalanan menuju
Magelang dengan hati-hati. Sampailah kami di Desa Borobudur pukul 02.00 pagi.
Disana kami
bertanya jalan menuju Punthuk Setumbu yang kami baca di Google Maps hanya beberapa ratus meter dari tempat itu. Seorang bapak yang kami tanyai, menawarkan jasa untuk
mengantarkan kami menuju kesana dengan tarif Rp 40.000. Kami berdiskusi
terlebih dahulu. Tak lama, dengan menolak tawaran tersebut, kami pun pergi dengan berbekal
Google Maps lagi, kami mengikuti arah jalanan yang ditampilkan. Sampailah dengan masuk gang kecil, belok kanan dan kiri, lalu berujung dengan kontur tanah yang ditumbuhi rumput liar. Langsung saja teman
saya panik dan khawatir melihat pemakaman di sebelah kiri. Petunjuknya menyesatkan. Sebuah jalan buntu. Kami pun berbalik arah.
Saya memikirkan karena itu masih terlalu
pagi. Kami pun berhenti di angkringan di jalan utama Desa Borobudur. Kami
beristirahat disana, membeli minuman hangat, dan sekaligus tidur sampai menjelang subuh. Banyak bercerita dengan bapak penjual angkringan tersebut. Beliau
menunjukkan arah yang kami tuju dengan menggambarkan denah dengan lengkap beserta
arah-arahnya. Setelah bangun, kami pamit dan tak lupa berterimakasih kepada si bapak.
Tepat waktu subuh. Kami mampir di mesjid terlebih dahulu
untuk melaksanakan ibadah. Udara pagi sangat segar. Dinginnya sangat berasa di
kulit. Brrrrrrr…kami melewati jalanan desa dan perbukitan. Banyak hotel disana yang konsepnya menyatu ke alam gitu. Maklum dekat Borobudur.
Punthuk Setumbu sisi kanan |
Sampailah di Punthuk Setumbu. Tempat parkir motor di depan rumah warga sekitar. Kemudian membeli tiket masuk sebesar
Rp 5.000 (kalau tidak salah). Lalu menaiki bukit dengan jalanan yang sudah tersusun dengan batuan. Rasa penasaran sudah berkobar dan tidak mau terlambat menyaksiakan sunrise, kami berjalan cepat dan kadang lari-lari kecil. Untungnya bukit
itu tidak terlalu tinggi (mungkin sekitar 300 meter). Kira-kira 15 menit saja
sudah berada di puncaknya. Pengunjung asing pun lumayan banyak. Kami pun
menunggu matahari terbit di atas sana. Matahari mulai menampakkan cahayanya di balik Gunung Merapi secara perlahan. Borobudur pun mulai terlihat stupanya dengan kabut di bagian atas dan
sekitarnya. Pohonan hijau pun terlihat di sekitar tempat itu. Woooow keren...Disana berasa syahdu banget, kicauan burung pagi hari, suara binatang serangga, cuaca cerah, matahari terbit, dan juga kabut.
Punthuk Setumbu |
Banyak fotografer dengan peralatan tempurnya mengabadikan sunrise nirwana.
Banyak Wisatawan |
Saya awalnya overestimate dengan Punthuk Setumbu. Mungkin hasil foto yang saya lihat menggunakan kamera yang mumpuni dengan angel yang bagus pula. Itulah alasan saya mengajak kedua teman saya berlabuh ke Magelang. Sejauh itu, wisata alam Punthuk Setumbu cukup menarik untuk dikunjungi. Selain mudah diakses, fasilitas disana cukup lengkap.
Jalanan Desa |
Tak lama setelah matahari terlihat sempurna, kami
meninggalkan tempat itu dan melanjutkan perjalanan. Ada hal yang menarik, yaitu pematang sawah di sepanjang jalanan Desa Borobudur dengan sorotan cahaya mentari pagi yang masih silau-silaunya. Indah sekali jalanan itu. Sangat berbeda.
Kami berhenti disana. Terlihat
stupa Borobudur dari tempat kami berdiri. Pagi itu sangat damai. Suasana desa
yang masih sepi. Nyaman untuk berlama-lama disana.
Desa Borobudur |
Lontong Sayur |
Kemudian melanjutkan dengan makan pagi
di jalan protokol
Kota Magelang
yang mengarah
ke pusat kota.
Tak lupa pula, berfoto di Candi Mendut.
Sungguh sebuah perjalanan yang tak diduga. Maka nikmat Tuhan mana lagi yang dapat kita dustakan? Ini hanyalah sebagian pesona wisata alam Nusantara.
Candi Mendut |
wahh joss mas,,, perjalanan maleme kui pasti susah dilupakan,, wkwk
BalasHapus