Perjalanan kemarin,
Saya, Yanu, Dika, dan partner Yanu berangkat pukul 9.00 WIB dari Purwokerto.
Destinasi yang kami tuju adalah sebuah curug di sebelah barat Purwokerto yang
lagi ramai dibicarakan sekaligus dikunjungi masyarakat umum di sekitaran
Banyumas. Sepertinya Curug ini tidak mau kalah menunjukkan #PESONAINDONESIA-nya
dengan Curug Telu dan curug-curug lainnya kepada publik. Curug Nangga namanya.
Terletak di Desa Petahunan, Kecamatan Pekuncen, Banyumas. Jarak tempuh dari
Purwokerto sekitar 30 km. Setelah melewati rumah makan Sumber Alam, ambil jalan
ke kiri. Setelah memasuki jalanan ini, kontur jalannya mulai menanjak dan
lumayan curam dengan lebar kira-kira 4 meter. Akan mudah menemukan petunjuk
yang mengarahkan kita sampai dimana curug berada. Sampailah kami di tempat
parkiran, cukup saja dengan membayar tarif parkir sebesar Rp 2.000 . Kemudian
melanjutkan lagi dengan berjalan kaki untuk turun ke curugnya.
FYI - Tempat wisata
ini baru dibuka 2 minggu lamanya. Dengan pertama kali dikenalkan oleh para
pecinta alam di Banyumas yang akhirnya bisa dikenal banyak orang. Pengelola
sendiri masih dikerjakan oleh warga desa sekitar yang sepertinya sudah dibentuk
untuk mengembangkan kemajuan obyek wisata ini. Untuk rekor kunjungan per
harinya mencapai 800 orang (7/3/15) dan sampai 2.000 orang (8/3/2015).
Akhir dari jalanan
beraspal, kita akan membayar tarif masuk yang dipatok sebesar Rp. 3.000 . Masih
berjalan kaki untuk menuju curugnya yang ternyata berada di sisi bawah bukit
seberang. Jalanan menurun dan semakin menurun, dengan kontur tanah dan ada yang
sudah disusuni dengan batuan oleh pihak pengelola.
|
Areal persawahan di sekitarnya |
Curug mulai terlihat
dari tempat saya berdiri. Tampak masih sangat kecil. Hamparan persawahan luas
yang sedang menguning memberikan rasa Nusantara yang sedap dipandang mata. Di
sepanjang jalan menuju ke curug, banyak warga yang berjualan makanan dan
minuman. Ada pop mie, indomie, minuman kaleng, air mineral, mendhoan, dan
lain-lain. Inilah multiplier effect
yang dapat dicontoh oleh desa-desa lain di Indonesia. Potensi wisata memberikan
manfaat yang baik bagi masyarakat sekitarnya.
Sampailah kami
beberapa meter tepat di depan Curug Nangga. Saya menghitung, ada 7 tingkatan
(tangga) pada curug ini. Tingakatan paling tinggi berada pada tingkatan pertama
dan kedua. Untuk debit airnya cukup deras jatuh ke bawah, semakin melebar ke
bawah, dan semakin rendah pula tingakatannya. Namun sayang warna airnya agak
keruh (kurang jernih). Sejauh itu, tetap nampak eksotis dan cantik kok. Saat itu, pengunjung pun semakin ramai. Banyak rombongan
anak SD dan kawula muda yang mulai mendatangi tempat itu.
|
Curug Nangga |
|
Keren kan curugnya |
Aliran sungainya
banyak ditemukan batuan cadas. Sebuah jembatan kayu yang dibuat untuk
menyebrangi antara daratan (bukit) untuk melihat lebih jelas curugnya. Dengan
masih dikembangkan seadanya, banyak para warga yang bekerja membangun jalan,
mematok batuan untuk membuat tangga, dan menggarap tanah untuk didatarkan.
Jalanannya pun masih dikatakan susah untuk mencapai ke curugnya. Saya mendaki
bukit itu dengan jenis tanah (lempung) yang basah dan licin. Memang sudah ada
bambu yang dikaitkan pada sisi pohon untuk kita dapat berpegangan dan berjalan
menuju ke curug paling atas. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana hiruk-pikuk
ketika curug ini dikunjungi ribuan orang seperti hari minggu kemarin.
|
Jalan menuju ke atas |
Saya pun
mengabadikan momen selama disana. Memotret land scape, pemandangan, dan merekam
keindahan Curug Nangga.
|
Tngkatan kedua |
Saya turun ke curug
pada tingkatan yang kedua. Terdapat dua sisi air yang jatuh dari atasnya.
Sebelah kiri lebih banyak volume airnya, sedangkan yang sebelah kanan lebih
kecil. Banyak orang bermain-main dengan airnya. Ada yang sekedar duduk di
tepian. Ada juga yang sedang piknik di atas batuan dengan air yang mengalir
dangkal. Saya meninggalkan tempat itu dan melanjutkan ke curug paling atas. Untuk
curug paling atas, volumenya lebih deras meski tidak setinggi curug yang kedua.
Dari sini, kita bisa melihat pemandangan ke bawah dimana awal kita berdiri
serta bukit awal dimana kita menuruni bukit. Kami tidak berlama-lama disana. Panas
terik menyengat meski awan tebal menyelimutinya. Setelah puas berfoto dan
berjalan, kami pun pulang.
|
Tingkatan pertama |
Perjuangan terberat yang kita dapatkan disini adalah
ketika jalan pulang, kita akan mendaki bukit dengan rasa yang cukup melelahkan
sekitar 20-30 menit untuk sampai ke parkiran. Jangan lupa untuk mampir ke
warung warga sekitar untuk duduk, tegur sapa, minum ataupun sekedar beristirahat. Jangan lupa pula untuk mematuhi himbauan untuk tidak membuang sampah sembarangan selama disana.
|
Penampakan bukit yang kita turuni untuk menuju curug dimana saya berdiri |
Curug Nangga adalah
salah satu curug yang ada di Kabupaten Banyumas. Masih banyak curug-curug lain
yang bisa kita kunjungi seperti Curug Telu, Curug Moprok, Curug Lawang, Curug
Cipendok, Curug Ceheng, Curug Gomblang, Curug Bayan, Curug Gede, Curug
Pengantin, Curug Putri, Curug Aja, dan curug-curug lainnya yang belum
teridentifikasi oleh saya di kaki Gunung Slamet dan tempat lain.
|
Ngapain disitu kalau ngerasa sedih |
|
View dari ringkatan paling atas |
|
Tingkatan ketiga dan keempat |
Semoga dengan semakin terkenalnya curug ini, kedepannya semakin mempercantik fasilitas yang ada di tempat ini, seperti tong sampah, toilet, akses jalan yang mudah, dan mungkin dibuat gazebo untuk duduk/istirahat.
wah keren banget air terjunnya
BalasHapusiya bro...recommended utk dikunjungi nih, lg naik daun juga :)
Hapus