Aku sekedar tahu Umbul
Sidomukti sebatas kolam renang dengan view alam yang sering ku lihat di
akun-akun sosial media. Tidak banyak yang aku tahu tentang tempat ini
sebelumnya. Sampai temanku Desy merekomendasikan agar aku berkunjung kesana
sebab ternyata wisata ini berada di Kaki Gunung Ungaran yang sempat masuk dalam
list destinasi wisata perjalanan yang telah ku rencakan sebelum berangkat dari
rumah. Hanya saja aku membatalkan karena alasan cuaca yang sedang tidak begitu
bersahabat.
Area titik pandang |
Perjalanan ke Semarang kemarin
adalah pengalaman pertama bagiku mengeksplore beberapa tempat-tempat wisata
yang ada disana. Padahal aku menetap di Purwokerto sejak 2008, hanya 5 jam saja
dari tempat tinggalku untuk sampai ke Semarang. Nyatanya aku baru saja
menuntaskan perjalanan pertamaku selama 5 hari mengeksplore wisata yang ada di
pusat kota hingga merambah ke Kabupaten Semarang.
Waktu tempuh selama satu jam
lebih dari Goa Kreo di mana sebagai destinasi pertama kami hari itu. Dengan melewati
Gunung Pati menuju ke arah Ungaran. Jalan yang kami lalui cukup bagus. Tidak
lama, Gunung Ungaran semakin dekat saja. Sampai belok ke arah kanan, kami
melewati jalanan kecil yang mulai menanjak dan semakin kecil. Untungnya jalanan
itu beraspal jadi masih aman untuk dilalui meski sedikit bagian aspal yang
tidak rata. Kontur semakin naik. Hamparan areal perkebunan di kanan kiri.
Sampai di gerbang wisata kami membayar retribusi awal untuk kendaraan.
Tidak jauh, kami memarkirkan
motor. Sampailah di pintu masuk Wisata Alam Umbul Sidomukti. Tiket masuk per
orang membayar Rp 15.000 saja. Wisata Alam ini mempunyai banyak wahana yang dapat
memacu adrenalin di atas ketinggian. Ada flying fox, triangle, sepeda awang,
marine bridge yang kesemuanya wahananya berada di atas lembah yang terhubung
antar dua bukit. Selain itu, ada pula ATV dan wisata naik kuda.
Wahan menaiki kuda mengitari jalanan sekitar |
Aku berjalan menuju ke arah
spot lanskap pemandangan disana. Terdapat kolam renang berbentuk seperti angka
delapan. Pada bagian atas merupakan kolam renang dewasa yang terbagi menjadi
dua kedalaman, yaitu 1,6 meter pada bagian kiri dan 1,3 meter pada bagian
kanan. Sementara di bagian bawah, kolam renang untuk anak-anak yang ukurannya
lebih kecil. Airnya berwarna kehijauan. Pada pinggiran kolam ini disusun batuan
sebagai pagar pembatas yang terlihat alami. Ada air mancur di sisi kirinya.
Kolam di Umbul Sidomukti |
Rasanya ingin sekali berendam.
Merasakan dinginnya air yang berasal dari Gunung Ungaran. Sembari menyaksikan
pemandangan di bawah yang sangat luas. Terlebih pengunjung saat itu tidak
ramai. Sayangnya itu hanya bayang-bayang ilusi karena aku tidak membawa baju
ganti.
Melihat di sebelah kiri, view
punggungan kaki gunung menjorok ke bawah. Tidak banyak ditumbui pohon-pohon.
Terlihat gundul dan berundak-undak. Sangat kontras berbeda pada punggungan
gunung yang ada di baliknya, sangat lebat dipenuhi tumbuhan tropis kehijauan
yang menyambung sampai ke puncaknya. Terlihat kabut putih menutupi sebagian
puncaknya. Sangat penasaran berada di puncak sana. Aku berharap suatu hari
entah kapan, semoga bisa menginjakkan kaki di atas sana.
Wahana yang berada di atas jurang menyambung diantara dua perbukitan |
Aku turun lagi menuju ke
bawah, berdiri di area spot pandang di mana hampir 180 derajat dari kanan
hingga ke kiri lembah yang luas dengan bangunan acak seperti miniatur yang
kecil sekali. Sejajar denganku, ada awan yang menggantung persis di depan sana.
Pemandangannya beneran indah sekali.
View bukit dengan bentuk terasering |
Wisata Alam Umbul Sidomukti
bagiku sudah cukup bagus tertara. Terdapat fasilitas warung, toilet, kamar
ganti dan area untuk beribadah. Selain itu, di sekitarnya ditanamai bunga-bunga
dan tumbuhan sehingga membuat para pengunjung merasa betah ketika berada
disana. Untuk mengikuti trend kekinian, terdapat pula beberapa titik area yang
dapat digunakan untuk berswafoto dengan latar pemandangan yang bisa pengujung
abadikan.
Area swafoto menghadap ke punggungan gunung |
Disana aku banyak mengambil
gambar dalam jepretan kameraku. Sesekali aku pun tertarik untuk mendapatkan
fotoku dengan latar pemandangan disana. Kakak dan temanku mencoba berfoto
dengan kuda disana. Kuda-kuda tersebut peranakan asli masyarakat sekitar. Ada
yang berwarna putih dan jinak sekali. Sepertinya sudah terlatih untuk dapat
bersahabat dengan orang-orang.
Apa yang aku rasakan ketika
berada di Umbul Sidomukti untungnya berbeda dengan ekspektasiku. Di dalam
pikiranku, sekilas terbayang ketika berwisata kesana hanya untuk jepret-jepret
dengan mandi di kolam renang saja, nyatanya keindahan alam disana membiusku
dengan pesonanya. Di kaki Gunung Ungaran yang sejuk, hijaunya hamparan
perbukitan dipenuhi tumbuh-tumbuhan, lanskap di bawah sana yang indah dan
dengan suara-suara alam yang menenangkan.
Perjalanan kami lanjutkan. Menuju
ke bagian yang lebih atas kaki gunung. Mengarah ke Basecamp Mawar. Kami kesana
tidak untuk mendaki, melainkan untuk menutup rasa keingintahuanku dan juga
hendak makan ke Warung Kopi yang menurut penuturan temanku, warung ini sangat
terkenal dengan tempatnya yang oke dan sering dikunjungi orang-orang.
Bersahabat
dengan Kabut dan Angin di Pondok Kopi
Jalanan berkelok menanjak agak
curam untuk sampai di lokasi ini. Di sekitaran kaki gunung terdapat banyak
warung kafé dan rumah-rumah warga entah villa atau penginapan. Sebelum sampai,
kabut turun menyapa kami di pukul 5 sore. Jarak pandang hanya beberapa ratus
meter. Kami berjalan pelan. Semakin ke atas semakin pekat pula kabutnya. Terasa
sangat dingin. Mungkin disebabkan tiupan angin yang cukup kencang.
Basecamp Mawar tidak jauh dari
Pondok Kopi. Ada banyak orang disana yang hendak dan sehabis mendaki Ungaran memenuhi
area depan pintu gerbang masuknya. Aku sempat bertanya kepada salah seorang
disana tentang cuaca di atas. Dia tidak mendirikan tenda di atas, hanya tektok
berangkat sedari pagi. “Sekitar lima jam untuk sampai puncak dengan berjalan
santai”, kata dia.
Kami pun turun menuju Pondok
Kopi. Memasuki tempat ini, hampir semua meja dipenuhi pengunjung. Ramai sekali
dengan orang-orang. Tempat ini betingkat dua. Pada bagian bawah, di mana area
dapur ada di bagian dalam. Area luar ruangan yang cozy sekali dengan
pemandangan di bawahnya. Hanya ada meja kosong di lantai atas. Tempat ini
terbuka dari pembatas dinding.
Kafe Pondok Kopi |
Jelasnya magnet warung kafe
ini menyoal tempatnya yang cukup menarik. Berada di ketinggian dengan konsep
yang kekinian sesuai tuntutan zaman now. Saking ramainya pengunjung yang datang,
pelayanan di tempat ini cukup lama sekali. Mungkin bisa dibilang kekurangan pelayan
jika dibanding dengan pengunjung yang datang pada saat itu.
Kopi dan coklat panas
diantarkan. Kabut tipis masih menyapa kami. Aku sudah memakai jaket namun tetap
merasakan dinginnya udara disana. Baru berapa menit minuman hangat kami
tergeletak di atas meja tetapi sudah mulai terasa dingin. Pemadangan di bawah
sana, sesekali terlihat cahaya matahari yang menembus pekatnya awan. Angin pun
benar-benar terasa sekali. Kami seolah saling berteman dengan fenomena alam
disana. Ditambah hiruk pikuk orang-orang bercengkerama satu sama lain bersama
orang-orang terdekatnya, termasuk diriku bersama kakak dan teman lamaku.
Pemandangan diantara kabut dan awan. Sedikit terlihat pekat. |
Akhirnya makanan pun datang
satu per satu. Aku melahap kentang goreng, lalu nasi goreng seafood yang ku
pesan. Lumayan mengisi perutku yang sudah keroncongan sedari tadi. Aku pun
mencicipi mie goreng yang dipesan kakakku. Untuk rasa makanannya relatif sesuai
dengan harganya. Atau aku benar-benar merasa lapar. Atau udara yang sangat mendukung
membuat kami doyan makan saat berada disana apalagi disandingkan dengan makanan
dan minuman hangat.
Yummy. |
Aku merasa betah berada
disana dengan suguhan tempatnya yang indah. Meski cuaca mulai gelap, di mana
kabut sudah menutupi pemandangan di sekitaran. Temaran lampu menyusul menyala.
Aku bersahabat dengan pekatnya kabut yang menghampiri dan hembusan angin selama
disana. Seolah-olah menyatu dengan alam. Sederhana. Epiknya, aku mendapatkan momen
yang sungguh berkesan di bawah kaki Gunung Ungaran.
Pengen coba flying fox tapi takut >.<
BalasHapusPerlu dicoba Mba. Yang 110 meter aja :)
Hapuscakep yaa pemandangannya pengen ke pondok kopi tapi keder sama jalanannya yang curam wkwkw
BalasHapus