|
Lautan Kepulauan Posek |
INDONESIA, negara maritim yang
letaknya sentral berada diantara dua samudera, Hindia dan Pasifik. Memiliki total
pulau yang telah diakui PBB dalam UNCSGN sekitar 16.056 dari total pulau
sebanyak 17.504. Dengan potensi lautnya yang sangat besar, sudah sangat urgent
sekali apabila Indonesia tidak hanya membangun wilayahnya di darat saja, namun
yang sangat penting adalah wilayah lautnya yang juga perlu dijaga dan
dikembangkan. Terkait konetivitas, infrstruktur, keamanan militer, peraturan
kelautan dan hal lain yang menunjang negeri ini kembali mencapai kejayaannya di
mana nenek moyang kita dulunya juga adalah seorang pelaut. Di lautan kita berjaya,
Jalesveva Jayamahe. Mari mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Oke, saya mengawali beberapa
opini berdasarkan fakta yang saya temui di Teluk Nipah, sebuah pulau kecil di
wilayah perairan Kecamatan Kepualauan Posek, Kabupaten Lingga, Kepualauan Riau.
Mengapa hal tersebut menjadi penting sekali? Sebab akan percuma potensi
kelautan yang begitu banyak belum dimanfaatkan secara berkelanjutan. Masih
banyak sekali masalah akibat keterbatasam yang ditemukan. Regulasi penangkapan
ikan di laut, pengembangan pusat perekonomian yang belum memadai, infrastuktur
belum layak, dan dukungan dari pemerintah belum cukup masif. Padahal menurut
hemat saya, seharusnya pemerintah memulai dengan membenahi apa yang ada di
masyarakat. Membangun pondasi yang kuat lebih dahulu dari elemen masyarakat
sehingga gaungan poros maritim dunia tidak hanya ilusi belaka bisa untuk
dicapai. Aamiin.
|
ENJ, Bersama Membangun Negeri |
Kedatangan hari pertama kami
di Teluk Nipah diisi dengan mengenali lingkungan sekitar, bersosialisasi dan
menggali informasi yang dapat digali dari para warga. Disana sumber air bersih
sangat terbatas, tidak ada jaringan listrik, tidak ada kamar mandi umum, di
mana rumah warga memiliki toilet terbang di atas pesisir, tidak ada pasar
(pusat kegiatan ekonomi). Beruntungnya disana sudah masuk jaringan salah satu
provider milik negara. Di depan rumah, ada beberapa sumur galian sebagai
tampungan cadangan air. Kemudian tiga sumur kecil (kubangan air) yang letaknya
di dekat hutan. Hanya ada beberapa SD dan SMP yang tersebar di beberapa pulau.
Di Teluk Nipah sendiri hanya ada
satu sekolahan. Saat kami melakukan survei kesana. Kami tidak diterima baik
oleh guru dan kepala sekolah dengan alasan beberapa bangunan sekolah mereka
sedang direnovasi. Ada kejanggalan yang kami dapatkan ketika meminta izin masuk
agar bisa memberikan program kepada anak-anak. Tak dinyana, dari informasi yang
didapatkan warga, pada tahun 2015 sekolah dasar yang tersebut pernah diprotes
(ditutup) oleh orang tua murid sebab guru-guru yang mengajar sering bolos
kerja. Miris sekali.
Sudah hari ketiga. Lepas
subuh, jingga sinar matahari terbit di belakang rumah yang kami tinggali.
Ronanya sangat indah sekali menyoroti air lautan yang bernafas tenang. Belum
ada ombak kala itu. Bahkan surutnya air menyisakan beberapa area pesisir
seperti tanah basah. Semalam hujan turut membersihkan ruang udara sedikit
menyisakan gumpalan awan kelabu. Mulai terdengar aktivitas pagi itu. Suara-suara
hewan kecil. Suara mesin perahu sumbang terdengar. Tangisan anak kecil di
seberang rumah.
|
View belakang rumah tinggal |
Kami sarapan di warung dekat
sekolahan. Nasi dengan sotong sambal seharga lima ribu rupiah. Warung ini pula
menjual hanya satu jenis gorengan, yaitu keledek (ubi goreng). Ubinya dibeli di
Dabo. Kemudian bersiap-siap menuju ke dermaga untuk menyebrang ke Pulau Mas
Bangsal. Tidak lama Pak Kadus menjemput dengan perahu miliknya. Jarak antar
kedua pulau ini sekitar 20 menit perjalanan laut. Perahu yang kami tumpangi
berhenti di rumah belakang rumah Pak Kades. Satu persatu kami naik ke area
rumahnya dengan membawa barang donasi yang akan diserahkan ke pihak sekolah.
|
Ini loh nasi sotong & keledek |
Program pertama yang dilakukan
adalah mengisi kelas kemaritiman di SDN 002 dan SMP N 2 Kepulauan Posek.
Beruntung sekali sekolahan ini mengizinkan kami untuk masuk mengisi kelas. Awalnya
diisi dengan senam bersama. Kemudian materi kemaritiman terkait letak geografis
Indonesia yang hampir 2/3 wilayahnya merupakan wilayah laut dengan media
pembelajaran peta Indonesia. Menguatkan pula bahwa mereka (adik-adik) tinggal
di pulau batas negeri yang harus menjaga segala potensi lautnya. Ada pula program
gerakan mencuci tangan yang ditujukan untuk anak SD. Membuat rumah baca dengan
menghias ruangan perpustakaan dan menambah koleksi buku hasil donasi. Sebagian
pula memberikannya kepada anak-anak. Sebenarnya mereka aktif dan berani, hanya
saja keterbatasan mengkungkung pola belajar mereka yang masih serba terbatas.
|
SDN 002 Kepulauan Posek di Pulau Mas Bangsal |
|
Kelas Maritim di SDN 002 Kepulauan Posek |
|
Kelas Maritim di SMPN 2 Kepulauan Posek |
Selesai mengajar, kami makan
bersama. Nasi padang menjadi hidangan yang dirindukan. Sebab menu makanan ini
berbeda dari biasanya. Dua hari kemarin, ibu tukang masak di rumah tinggal
selalu memasak menu makanan laut. Menu wajibnya adalah udang. Tiada hari tanpa
udang. Alhamdulillah sih, aku doyan banget seafood. Apalagi udangnya masih
segar. Hanya direbus saja kemudian dicocol sambal yang khas rasanya. Sampai ada
kejadian lucu sebelum kami mengajar adik-adik. Beberapa dari kami secara
bergantian mengalami perut mules. Sebagian bolak-balik ke toilet. Lantas tragedi
nasi sotong menjadi sebutan kenangan fenomena yang barusan kami alami.
Jelasnya, dengan menjadi masyarakat pesisir, kami mulai terbiasa memakan hasil tangkapan
laut sebagai hidangan sehari-hari. Ikan, udang, kepiting, sotong, cumi-cumi,
dan entah apalagi.
|
Adik-adik menggambar Peta Indonesia |
|
Kenangan bersama adik-adik dan guru SD |
|
Kenangan bersama guru SMP |
Setelah tragedi nasi sotong.
Perjalanan dilanjutkan ke rumah Pak Kades kembali. Aku dan beberapa kawan sudah
berjalan duluan. Tiba-tiba di belakang kami, kawan-kawan lain beramai-ramai
meributkan seorang teman kami yang jatuh terpeleset sampai kakinya keseleo.
Ternyata si teteh yang terpongkeng. Lantas ia dijuluki dengan sebutan si
terpongkeng.
Di rumah Pak Masmin, kami
beristirahat. Tidak berapa lama, sudah dinyana. Kami sudah dimasakkan hidangan makan
siang. Baru saja nasi padang itu turun dari tenggorokan. Entah rezeki mana lagi
yang kami dustakan. Kami terus dijamu disana. Mau tak mau, kami makan bersama
lagi. Lauknya adalah udang rebus, yeay. Satu hal yang tidak biasa didengar
sebelumnya. Ketika Pak Kades mengatakan, “tadi sudah disiapkan untuk makan
sarapan”. Padahal waktu sudah menunjukkan siang hari. Dengan spontan, seorang
dari kami menjawab,“sudah siang Pak. Sarapan?”. Aku pun tidak tahu apakah warga
disana mengatakan hal tentang makan dengan sebutan sarapan tanpa mengenal waktu
pelaksanaannya. Entahlah.
|
Enak udangnya. Manis. |
Menjelang sore, kami hendak diantarkan
pulang ke Teluk Nipah. Sebelum pulang, kami menuju ke Pulau Mas Kecil untuk
menghadiri undangan pernikahan di rumah warga. Pak Kades membawa kami kesana. Begitu
turun dari perahu, Bagus terperosok jatuh di antara perahu-perahu yang tertambat
di dermaga. Apakah sepertinya dia sudah tidak sabar untuk makan lagi. Entahlah.
Aku hanya tertawa kecil ketika mengabadikannya dalam kameraku.
|
Wkwk Bagus terpongkeng |
Kami berjalan memasuki pulau
kecil yang diapit dengan dua pulau seperti selat. Banyak orang berkumpul
disana. Beberapa tenda dengan kursi. Ada organ tunggal di mana lagu dangdut sedang
diinyanyikan. Setelah melewati masjid. Semua orang disana tertuju ke arah kami
yang berjalan serombongan. Kami dipersilahkan antri mengambil makanan yang disajikan.
Adatnya memang seperti itu. Setelah makan kemudian, baru menyalami sang
pengantin. Sehabis makan, kami diajak mengisi suara dangdutan di depan. Awalnya
kami malu-malu. Setelah diundang berkali-kali. Hingga Viqacu ditarik oleh Bidan
Reta yang sedang melantukan suaranya sembari bergoyang heboh diantara adik-adik
yang juga asik menikmatinya. Aku pun baru tahu, nyatanya musik dangdut sudah
menjadi tradisi pesta pernikahan di hampir seluruh negeri ini. Awalnya aku
mengira bahwa lagu-lagu yang ditembangkan adalah lagu melayu. Ternyata
lagu-lagu lawas dan dangdut yang sedang tren. Pada akhirnya, setelah diundang
berkali-kali untuk mengisi lagu. Sabar maju ke depan menyanyi bersama Bidan
Reta. Mereka menyanyikan lagu melayu, setelahnya lagu itu menjadi lagu yang
sering dinyanyikan selama masa pengabdian selain mars Per*ndo yang sering
diramaikan oleh Ical. Tidak lama, kami menyalami sang pemilik pesta. Lalu
berpamitan pulang. Mengakhiri kegiatan kami hari itu dengan perut teramat kenyang.
|
Kondangan. Makan terus. Kenyang. |
0 komentar:
Posting Komentar