|
Daratan Teluk Nipah |
Kegiatan pagi di hari keempat diawali
dengan melakukan jalan santai bersama adik-adik di Teluk Nipah. Adik-adik
membawa kami menuju pemukiman yang jaraknya lumayan jauh di arah bekas
pertambangan bauksit. Berjalan hampir setengah jam lamanya. Disana kami singgah
di salah satu rumah warga. Beramah-tamah, lalu memetik buah kelapa di depan
rumahnya untuk dimakan bareng adik-adik. Rupanya awan mendung pagi itu
menurunkan hujan yang cukup deras. Disana kami menunggu reda untuk pulang.
Jalanan basah. Tanah merah setapak yang kami lewati digenangi air. Sedikit
menanjak dan menurun. Hanya tumbuhan semak belukar di sekelilingnya.
|
Menunngu reda sehabis makan es degan |
Pada siang
harinya, kami menyiapkan properti kecil yang akan kami gunakan saat aksi bersih
pantai esok. Membuat tong sampah dari bekas jerigen besar. Memotong papan kayu
untuk plang pantai. Mengecat dan membuat tulisannya.
|
Tempat sampah dari jerigen bekas |
|
Menyiapkan plang kayu untuk aksi bersih pantai |
Kegiatan hari kelima merupakan
aksi paling menyenangkan bagiku. Hari itu kami semua berkunjung ke Desa Posek
yang berjarak hampir satu jam menaiki perahu. Disana, kami melakukan aksi
bersih pantai, beberapa mengisi kelas di SDN 005 dan gotong royong bersama
warga sekitar untuk membuka jalur menuju ke pantai dan memberikan pernak-pernik
di pantai agar semakin menarik dikunjungi. Selengkapnya baca cerita perjalanan kami
pada tulisan berikut Pantai Obak, Surga Tersembunyi di Kepulauan Riau.
Hari ke Enam
|
Nelayan tradisional sedang menambal pompongnya yang bolong |
Suara palu memukul-mukul kayu
di dekat rumah yang kami tinggali. Lalu aku mendekati seorang bapak nelayan
yang sedang menambal perahu pompongnya. Ku amati bapak itu memegang perekat
kayu berwarna kehitaman dengan tali temali yang dimasukkan ke sela-sela bagian
kayu yang berlubang. Perekat itu rupanya getah damar batu. Cukup lama aku
mendengarkan cerita bapak itu yang kesehariannya pergi melaut sebagai nelayan.
Dari cerita yang ku dengarkan, nelayan tradisional disana memiliki masalah
seperti adanya penggunaan trawl (pukat harimau) oleh nelayan dengan kapal besar.
Dikarenakan pukat tersebut menangkap biota laut yang ada di bawah sana secara
masif. Jika dibandingkan nelayan tradisional yang menggunakan alat tangkap jaring
lain, mereka mengalami keterbatasan penangkapan hasil laut yang cenderung lebih
effortless karena sumber ikan dapat habis jika ditangkap oleh nelayan yang
menggunakan trawl. Hal ini pula, terkadang menimbulkan konflik horizontal diantara
nelayan.
Menjelang siang, aku bersama
Bagus, Depoy dan Pusyu pergi ke Pulau Mas untuk bertemu Pak Kades. Disana, kami
menyempatkan singgah ke kantor Desa Posek sebentar. Kantor desanya sangat sepi.
Hanya ada dua orang pegawai yang duduk santai di ruang utama. Kemudian kami
melakukan wawancara dengan ibu-ibu yang kesehariannya menunggu hasil tangkap
udang dan ikan di tempat pengepulan. Ibu-ibu itu mengupas kepala udang dengan
upah seribu rupiah per satu kilo udang yang dikupas. Pendapatannya tidak tentu
tergantung hasil tangkap nelayan. Terkadang pula memotong ikan hiu. Dengan upah
yang didapat sekitar seribu hingga sepuluh ribu rupiah per hari. Sungguh miris
sekali.
|
Kantor Desa Posek |
|
Ibu-ibu sedang mengupas kepala udang |
Menyisir ke salah satu rumah
warga. Kami menuju ke rumah seorang kakek tua yang sudah cukup berumur. Kake
Soot namanya. Tinggal di rumahnya yang sudah reyot. Ia tinggal bersama anak dan
cucunya. Kesehariannnya bergantung kapada anaknya. Kami memasuki rumah kakek
ini yang rupa bentuknya sudah tidak layak sekali. Atap bagian belakang rumahnya
sudah tidak lagi tertutup. Kemudian papan kayu lantai juga bolong-bolong. Hanya
di bagian depan saja yang masih sedikit lebih layak. Disitu terdapat kasur,
baju-baju menggantung, dan bebera pa alat makan tergeletak. Berikut video
wawancara bersama kakek tersebut.
|
Rumah kurang layak huni milik Kakek Soot |
Sore harinya, saya dan yang
lain kembali ke Teluk Nipah. Kegiatan selanjutnya membagikan pakaian layak
pakai yang diberikan kepada beberapa warga yang sudah dikoordinasikan kepada
ketua RT maupaun RW kepada siapa saja yang layak untuk menerima bantuan
tersebut. Kegiatan lainnya pada hari ke enam adalah tim kesehatan melakukan sosialisasi
di posyandu. Kak Titan dan Kak Anggi memberikan materi seputar GERMAS, gizi
seimbang dan pentingnya ASI untuk bayi. Sementara kegiatan lain menjelang sore
hari tim pendidikan yang digawangi oleh Novi dkk membuat pohon mimpi bersama
adik-adik di sela agenda rutin program English Fun di dermaga. Kegiatan rutin
lainnya adalah Mengaji BersamaMu yang biasa dipandu oleh Pusyu, Suju, Dina,
Ervina, dan beberapa peserta ikhwan sehabis sholat maghrib.
Hari ke Tujuh
Kegiatan hari ini adalah berkebun
menanam sayuran di tanah kebun milik warga. Membabat rerumputan yang memenuhi
kebun. Kebun ini hanya ditumbuhi tanaman berupa terong hijau, bayam dan
mentimun. Tanahnya berwarna merah kecoklatan entah jenis tanah laterit atau
liat.
|
Aksi berkebun |
Sementara kawan-kawan menyebar
benih di kebun. Aku bersama Bagus kembali menuju Pulau Mas untuk menggali
informasi di pabrik es sekaligus tempat pengepul ikan. Banyak sekali informasi
yang kami dapatkan selama disana. Tempat penampungan ikan ini dijadikan tempat
pengepul hasil tangkapan nelayan-nelayan di sekitar Kepulauan Posek. Silih berganti
kapal-kapal kayu bongkar muat. Sekiranya saja ada yang hanya membeli pasokan es
batu yang dimasukkan ke dalam kotak berwarna kuning. Lalu aktivitas lain
tentang pengemasan ikan-ikan yang hendak dikirim ke tempat pelelengan yang
lebih besar ke Penuba untuk selanjutnya diekspor ke Singapura maupun Malaysia. Tempat
yang hiruk pikuk sekali. Suara mesin pemecah es dengan roda penggerak yang
menyambung dari arah pabrik. Mesin kapal yang bersandar seperti meletup-letup. Para
pekerja sibuk melakukan aktivitas mereka. Ada yang sedang mengemas ikan-ikan di
dalam kotak, lalu ditimbunnya dengan pecahan es agar tetap fresh. Ada yang
memindahkan kotak ke dalam kapal dengan alat seperi crane kecil yang berada di
kapal. Seorang lain seperti mandor yang mengawasi. Ia memegang kertas nota ketika
ada kapal yang datang merapat. Ada pula juru hitung (kasir) di tengah-tengah
biduk yang dibuat seperti loket terbuka. Pekerja lain ibu-ibu yang duduk manis menunggu
datangnya hasil tangkapan udang dan ikan. Pekerja lepas ini biasa mengupas
kepala udang dengan upah seribu per satu kilogram udang. Sesekali nelayan-nelayan
datang membawa hasil tangkapan mereka. Di tempat ini pula, kami mendengar
cerita berbeda terkait penggunaan trawl yang dilarang oleh pemerintah. Mungkin karena
nelayan disini memiliki tonase kapal yang besar sehingga lebih pro terhadap
adanya trawl dengan penjelasan lapangan yang mereka temui. Mereka juga resah dengan aksi penangkapan dan penahanan beberapa nelayan beberapa bulan lalu akibat penggunaan trawl sementara
sosialisasi dari pemerintah sendiri mengenai prosedur dan pelaksanaan terkait
regulasi kelautan belum terdengar jelas alias masih abu-abu. Mereka merasakan
pemerintah acuh terhadap kehidupan nelayan di batas maritim yang seharsunya
diperhatikan lebih sebab mereka sebagai garda terdepan yang tinggal dan menjaga
pulau-pulau terdepan, terluar dan tertinggal Indonesia.
|
Trawl |
|
Ikan hasil tangkap nelayan siap dikirm ke negara tetangga |
|
Aktivitas pekerja pabrik dan pengepul ikan, bongkar muat kotak-kotak berisi hasil tangkapan laut |
Siang harinya, kami sebentar
membantu warga di Pulau Mas memotong dahan pohon besar yang ditebang untuk pendirian
tiang listrik yang akan dibangun disana. Listrik sendiri sudah diajukan sejak
2010. Setelah 72 tahun paska kemerdekaan baru lah tiang-tiang akan mulai
dibangun. Sebelumnya mereka belum merasakan fasilitas listrik negara. Hanya
sebagain warga menggunakan genset dengan bahan baku solar yang biasa dipakai
beberapa jam saja menjelang malam.
|
Goro memotong dahan pohon |
Tiba di malam terakhir di
Teluk Nipah. Sehabis melakukan pengajian ba’da maghrib. Suasana mendadak melow
sekali. Adik-adik mengerumuni kami satu per satu. Sebagian menulis surat.
Membujuk kami agar tetap tinggal. Selepas adik-adik pulang, kami habiskan
dengan mereview dan memberi ruang memori kebersamaan atas kegiatan yang telah
kami lakukan selama disana.
0 komentar:
Posting Komentar