|
Para blogger bahagia |
Kali
ini saya ingin berbagi cerita keseruan famtrip #BloggerGoesToPalawi weekend kemarin yang masih belum
terlupakan. Kok rasa-rasanya pengen lagi ya. Gimana gak senang maksimal? Karena
kami dilayani dengan sangat apik oleh manajemen PT. Palawi Risorsis untuk mengeksplore
apa saja yang bisa dinikmati di area Wana Wisata Baturraden. Oh ya just FYI aja
nih, Palawi itu anak usahanya Perhutani yang bergerak di bidang wisata alam,
makanya namanya Perhutani Wisata Alam. Tidak hanya pengembangan dan pembangunan
potensi wisata alam, Palawi juga memenuhi kebutuhan yang menunjang pengelolaan sektor
pariwisata seperti tour & travel,
villa penginapan, camping ground,
wahana bermain, MICE, outbond area,
dan sebagainya. Nah dua unit bisnis yang sudah dikelola dengan cukup baik oleh
Palawi diantaranya Wana Wisata Coban Rondo yang terletak di Pujon Malang dan
Wana Wisata Baturraden yang menjadi lokasi kami memanjakan diri saling berinteraksi
di area hutan lereng selatan Gunung Slamet.
Udara
di Baturraden terkenal adem nan sejuk. Suasana inilah yang menyambut
kedatanganku ketika melewati jalanan menanjak hendak memasuki area Wana Wisata
Baturraden. Pepohonan berbatang besar menjulang tinggi dengan daun yang menutup
bagian atas cukup rapat. Hamparan bunga berwarna warni banyak tumbuh di area
lahan yang datar. Lokasi pertama yang kami tuju mengarah ke sebelah timur dari
pintu masuk yaitu Villa Agathis, tempat menginap kami selama famtrip. Villa ini
berdekatan dengan Villa Accacia, wahana flying
bike dan juga taman labirin.
|
Villa Agathis dan Accacia rate per malamnya 3,4 juta |
Memasuki
ruangan villa, ibu-ibu yang sedang beberes perlengkapan di dapur menyambut kami
kemudian menyuguhkan lemon tea hangat. Saya dan Mba Olipe datang duluan sekitar
pukul sebelas siang. Terdapat ruang utama yang lapang dengan penataan sofa
memanjang pada sisi dinding. Ruangan ini cocok sekali untuk leye-leye santai menikmati
suasana sekitaran yang sunyi sejuk. Dinding dengan kaca bening membuat view
lanskap Purwokerto terlihat jelas. Pintu dorong mengakses ke teras dan area untuk
bakar api unggun.
Villa
ini memiliki enam ruang kamar tidur. Masing-masing kamar memiliki kasur
berukuran dua orang, tv lcd, cermin, tempat sampah kecil, almari dengan handuk
menggantung dan sandal di bawahnya. Pada ujung ruangan, ada kursi dan meja
dengan teko pemanas, sendok dan gelas, air mineral, beserta kopi dan teh
kemasan. Ornamen ruangan bercorak batik memadu dengan cat berwarna putih
memberikan kesan yang terang. Kamar mandi terdapat di masing-masing kamar
dengan shower, closet, dan tersedianya air panas. Jadi gak perlu takut dingin
kalau menginap di villa ini. Menginap disini kalian bakalan puas dengan
fasilitas yang tersedia. Alasan utamanya adalah setiap sudut ruangan tertata
rapi juga bersih. Untuk rate menginap semalam di Villa Agathis ini, harga yang
dipatok sebesar Rp 3.400.000,- dengan kapasitas 12 orang. Harga tersebut sudah
termasuk sarapan dan tiket masuk Wana Wisata loh. Cukup murah bukan?
|
Fasiltias Villa Agathis |
Tidak
lama, peserta famtrip lain mulai berdatangan. Mba Dian dan Mas Yugo dari Jogja.
Ella, Rois, dan Mas Pradna dari sekitaran Purwokerto. Setelah makan siang, kami
menuju ke Telaga Sunyi yang berjarak sekitar 10 menit dengan menaiki mobil. Kami
berangkat duluan karena rombongan Mba Idah dkk belum sampai. Mereka menyusul ke
telaga langsung. Oya gaes, masuk ke telaga ini pengunjung cukup membayar Rp 13.000,-
saja.
Nyatanya
tidak sesunyi dan sehoror kata orang-orang. Ya pada intinya semua tempat adalah
bagaimana caranya agar kita bisa menjaga perilaku yang sewajarnya. Di area
parkiran saja ramai dengan kendaraan pribadi. Telaga ini sering dikunjungi oleh
pegiat selam bebas dan cliff jumping.
Dari area parkiran, kita cukup berjalan sekitar seratus meter saja melalui
jalanan pinggiran sungai yang dilengkapi pagar pembatas. Lokasinya berada di
aliran Kali Pelus. Sungai yang mengalir dari hulu ini memiliki banyak
batu-batuan besar di celahnya. Kenapa dinamakan telaga? Saya berasumsi karena telaga
ini seperti kedung atau kolam dengan kedalaman bervariasi hingga mencapai lima
meter. Airnya berwarna kebiruan, jernih sekali. Dasarnya terlihat terang.
Sebagian berisi batu-batuan yang terkena lumut.
Beberapa
dari kami berenang di telaga ini. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah suhu
airnya yang sangat terasa dingin. Baru nyemplung saja dinginnya langsung
menusuk ke badan. Pada bagian pinggirannya, kedalaman di atas satu meter,
sementara pada area tengah hingga ke titik jatuhnya air merupakan titik
terdalam telaga. Makanya lokasi ini sering dipakai untuk latihan free diving, selain kedalaman yang mendukung,
pemakaian baju selam, fin, snorkel, dan kacamata akan lebih asik lagi
menjelajah bawah airnya. Baru berapa menit berada di dalam air, saya tidak kuat
menahan rasa dingin airnya yang bisa dibilang seperti air es. Saya tidak lama
langsung mentas sebab menahan dingin. Jika kalian tidak jago berenang tapi
ingin merasakan sensasi airnya seperti apa, sebaiknya mengajak operator untuk
mengawasi atau kita dapat menyewa pelampung maupun ban di dekat area parkiran.
Ketika kami datang kesana kemarin, aliran debit air yang jatuh tidak deras.
Dengan ketinggian kurang lebih tujuh meter. Permukaan air telaganya pun tenang
sehingga relatif aman untuk berenang, beruntungnya juga kondisi cuaca sedang
cerah. Alhamdulillah semesta mendukung kegiatan kami hingga tidak terasa sudah
dua jam lamanya berada disana.
|
Telaga Sunyi airnya sedingin air es. Hahaha. |
Aktivitas
keseruan masih berlanjut. Setelah ashar, kami mencoba wahana flying bike yang berada di atas hamparan
bunga. Untuk mencoba wahana ini, pengunjung cukup membayar Rp 20.000,-. Wahana dengan
jalur sepanjang 55 meter dengan tinggi kurang lebih 5 meter ini apabila dilihat
dari bawah terlihat biasa saja. Adrenalin akan terasa ketika sudah berada di
atas sepeda. Ya, saya memberanikan diri untuk mencoba giliran pertama. Memakai
alat keamanan yang disediakan. Saya melihat
ring roda sepeda tersebut menjejak ke sling besi yang dilapisi selang, rasa
takut mulai menyerang. Ketika menaiki wahana ini, kita tidak perlu menggowes
sepeda. Nanti ada operator yang menarik sepeda dari bawah. Kita seminimal
mungkin untuk tidak bergerak bebas agar tetap menjaga kestabilan saat berada di
atas sepeda. Dag dig dug saat sepeda mulai melaju. Apa yang dirasa rupanya
cukup tegang ketika melihat ke arah bawah. Kot tinggi juga ya. Ditambah lagi
kawat besinya sesekali bergoyang. Tapi gak apa, tetap stay cool aja padahal mah
melawan rasa takut yang mendera. Berhasil juga sampai ke titik akhir
pemberhentian. Wah lega rasanya berhasil menepis rasa takut pas di atas. Tenang
gaes, kata operatonya wahana ini aman-aman saja saat digunakan sejak awal dibuka.
|
Wahana flying bike. Seru cuk. |
Keseruan
kami belum berakhir. Di seberang hamparan bunga, terdapat Taman Labirin Baturraden.
Tentu saja kami mencoba wahana ini. Ceritanya sih untuk menghapal rute labirin untuk
games yang akan diadakan besok. Hahaha. Rumput pagar yang dirawat membentuk jalan
yang cukup rumit. Jalur ke kanan memutar-mutar hingga ke paling ujung untuk
mencapai ke titik tengah labirin. Jika dibandingkan dengan jalur kiri, kita akan
lebih mudah dan cepat untuk sampai ke titik tengah. Labirin ini lebih luas
ukurannya daripada labirin yang ada di Coban Rondo. Jalurnya pun berbeda, kontur
naik turun dengan block paving.
Mengitari labirin ini cukup mengasah otak juga, jangan sampai tersesat mah
pokoknya. Kalau tersesat, kita bisa naik ke deck
pandang untuk melihat jalur yang benar. Jumlah deck-nya ada dua. Letaknya ada di depan sehingga bisa kita gunakan
sebelum memasuki labirin dan yang kedua ada di dalam labirin. Seru loh
muter-muer mencari jalan keluar di wahana labirin. Untuk mencobanya, kita cukup
membayar tiket masuk Rp 10.000,- .
|
Taman Labirin Baturraden |
Malam
harinya, kami makan malam bersama di teras villa dengan santapan kuliner yang
lezat. Menunya adalah ikan mujair, pecak jantung, oseng dage kuncar, tempe
goreng dan sambel terasi. Masakan yang disajikan adalah olahan khas Baturraden.
Saya doyan sama oseng dage kuncarnya. Bau harumnya menambah sedapnya makanan. Apalagi
sambelnya yang terasa pedas, cocok seklai dimakan saat udara di luaran cukup
dingin. Kami makan di area teras dengan pemandangan lampu oranye yang memenuhi
dataran rendah di bawah sana. Sangat epic
sekali momennya.
|
Santapan kuliner malam. Ngeliatnya aja udh kenyang. Alhamdulillah. |
Sehabis
makan, sesi sharing dan ngobrol dengan manajemen Palawi sekaligus menunggu api
unggun dinyalakan. Ya, kami diberikan informasi tentang Palawi lebih jauh serta
progres pengembangan wisata alam Baturraden. Menu jagung bakar, mendhoan, dage
goreng menemani sesi acara tersebut. Api unggun pun dinyalakan. Semua peserta
langsung mengerumuni sumber kehangatan itu. Menghabiskan malam minggu dengan
momen yang asik bersama kawan-kawan bloger dan manajemen Palawi. Sungguh momen yang
mengesankan.
Acara Famtrip Blogger Goes To Palawi 5 - 6 Mei 2018 diselenggarakan oleh PT. Palawi Risorsis Unit Bisnis Wana Wisata Baturraden.