Gila. Aku merasa ini benar-benar gila. Rasanya begitu cepat sekali sudah berada di titik seperempat ini. Kencang sekali. Ya, menjalaninya memang terasa. Pas sampai, semua sirna. Lelah sudah lupa. Bahagia jua semu. Sedih pernah meronta.
Antara sadar atau halu. Aku melihat sekelilingku. Nyatanya tidak banyak yang berubah. Ya aku masih merasa sama. Beda ketika aku melihat keluar. Mereka seolah sudah jauh pergi lebih dulu dibanding aku. Padahal setiap insan melalui proses yang tentu berbeda.
Apa yang pasti. Ingin rasanya aku mengulang. Apa iya bisa. Membuka kembali lembaran hitam dan putih sebelum tiba di jalan perempatan ini.
Dalam gerbong KRL menuju St Angke, kereta ini turut mengantarkanku menuju entah kemana. Aku berimaji kembali ke belakang. Padahal kereta melaju ke depan. Dia punya tujuan. Sedang aku entah mau kemana. Masih gelap dan belum siap. Entah belum menerima atau masih terbayang akan ketidakpastian ruang dan waktu.
Masa depan memang membuatku takut. Orang pecundang selalu takut akan ketidakpastian. Mirisnya aku mencundangi diriku sendiri. Padahal banyak kemungkinan yang belum mungkin atau bisa jadi baru akan mungkin terjadi. Apa aku lupa ada penguasa yang amat sangat besar.
Aneh sekali manusia satu ini. Dia sama sekali tidak tahu tujuan masa depannya. Gila. Ini benar-benar parah.
9 Maret 2019 (ditulis dalam keriuhan malam)
0 komentar:
Posting Komentar