Perjalanan dilanjut dengan KA Lokal menuju Stasiun
Serang. Hanya butuh satu jam saja untuk sampai di Serang Kota. Sampai disana,
kami berjalan menuju pusat kota Alun-alun sembari mencari penyewaan motor di
jalan. Sebab rencananya kami hendak menuju ke pantai. Tak dinyana, setelah
bertanya ke orang sekitar, jawabannya selalu sama, tidak ada sewa motor disana.
Hal ini karena masih rawannya pencurian sepeda motor sehingga matinya usaha ini
disana.
Kami pergi berlibur tanpa itinerary, hanya mengikuti alur
saja. Berjalan menyusuri jalanan Kota Serang. Suasana pusat kotanya cukup ramai.
Banyak warung pinggir jalan berjejeran. Kami pun makan sejenak, pecel lele.
Setelahnya, kami masih menyusuri jalanan sampai akhirnya memutuskan menginap di
Hotel Surya. Saya lupa harganya, kalau tidak salah 200k semalam.
Setelah istirahat merebahkan diri di hotel. Barulah kami
menyusun lis wisata apa saja yang akan dikujungi besok. Inilah daftar destinasi
Kota Serang yang kami kunjungi:
1. Museum Negeri Banten
|
Fosil Badak Ujung Kulon |
Lokasi museum ini berdekatan dengan Alun-alun Serang. Bangunan
museum ini dulunya adalah bekas gedung Karesidenan Banten. Sempat difungsikan
sebagai kantor gubernur. Hingga akhirnya dijadikan museum. Apa yang menarik
dari gedung ini adalah pilar-pilar megah bercat putih.
|
Gedung museum tampak depan dengan pilar megah |
Museum ini menyimpan sejarah dan kebudayaan Banten di
masa lalu hingga sekarang. Banyak diorama yang dipajang diantaranya cula badak,
rempah-rempah, keris, uang kertas dan koin, suku Baduy, fosil badak, keramik
dan ubin, arca Ganesha, dan film tentang Badak Ujung Kulon. Terdapat ruang
untuk anak-anak berisi puzzle badak, peta Banten, dan sarana edukasi lainnya.
Kami pun sempat mengelilingi sekitaran museum, bekas
rumah dinas Gubernur Atut ada di belakang museum ini. Sangat megah sekali. Di sekitarannya nampak sepi sekali seperti
tidak berpenghuni.
Berlanjut ke daerah utara. Kami pun memesan transportasi
daring. Akhirnya ketemu dan ngobrol banyak soal wisata di Serang. Si Aghi
rupanya suka jalan juga. Dia menawarkan untuk menemani kami berkeliling di
wilayah utara. Ya kami mau lah, secara transportasi disana itu susah banget. Jadilah
dia yang akhirnya menemani perjalanan kami sampai menjelang sore. Makasih ya
Ghi (hitsnya Pandeglang dia) sudah ngajak keliling-keliling area destinasi Banten
Lama.
2. Keraton Kaibon
|
Beberapa pintu gerbang yang masih kokoh berdiri tegak |
Reruntuhan Istana Kaibon ini yang tertinggal hanya batu
bata merah dan beberapa pilar bangunan tembok bercat putih. Terletak di Kampung
Kroya, Desa Kasunyatan, Kecamatan Kasemen, Kota Serang. Keraton ini dulunya
merupakan bekas kediaman Raja Kesultanan Banten Sultan Syafiudin (1809-1813). Setelah Kesultanan
Banten jatuh ke tangan Belanda, keraton dijadikan pusat pemerintahan Bupati
Banten. Lalu pada 1832, keraton ini dibongkar sehingga menyisakan pondasi,
tembok dan pintu gerbang seperti yang ada sekarang.
|
Sisa reruntuhan Keraton Kaibon masih menyisakan jejak yang menarik dikunjungi |
Saya memikirkan jika Keraton ini dibangun ulang pastiinya
akan indah sekali dan menambah nilai sejarah yang ada di Banten Lama. Sebab,
reruntuhan yang ada menggambarkan puing-puing sisa kekejaman kolonial di masa
lalu saat Banten bertekut lutut di tangan VOC.
3. Pecak Bandeng
|
Pecak Bandeng ini sambelnya nikmat banget |
Makanan khas Serang ini memiliki citarasa yang unik akan
sambelnya. Ikan bandeng dilumuri oleh sambal bawang aroma jeruk nipis. Kami
makan siang di warung Pecak Bandeng Sawahluhur yang tidak jauh jaraknya dari
Banten Lama. Untuk lebih lengkap mengenai Pecak Bandeng, silahkan klik disini.
4. Masjid Agung Banten
|
Under-construction |
Berdekatan dengan Istana Surosowan (sayangnya ini diskip,
sepertinya reruntuhan juga). Saat kami kesana, masjid ini sedang masa renovasi
dan dipasang instalasi payung seperti yang ada di Masjid Nabawi. Banyak
pengunjung datang ke tempat ini untuk berziarah. Banyak pula pedagang berjualan
di depan jalanan masjid ini, seperti kembang, replika menara, barang kebutuhan,
dan tentunya oleh-oleh.
Masjid tua ini memiliki menara putih yang indah. Terdapat
dua balkon menara. Sayang sekali, lapangan masjid ini ditutup sehingga kami
tidak bisa mengeskplorasi bagian halamannya. Terdapat area makam di sebelah
masjid ini. Terdapat pula areal makam Sultan Banten. Di sisi timur, terdapat
bekas tempat wudhu seperti bak kecil.
Ada view menarik lain, beberapa pengunjung mengambil air
yang ada di bak dengan wadah botol untuk dibawa pulang. Lalu para peziarah
memasuki kompleks pemakaman untuk berdoa silih berganti. Dua orang bapak
berdiri di depan agak ke samping pintu makam sambil memegang kardus sebagai
tempat kotak sumbangan. Sembari memandu peziarah bergiliran masuk. Orang-orang
antre di area itu. Ramai sekali.
Ornamen masjid sendiri memiliki atap limas menumpuk lima
bagian semakin ke atas semakin kecil. Kalau saya proyeksikan, ini merupakan
simbol rukun islam yang jumlahnya ada lima. Memiliki banyak tiang penyangga.
Terdapat pintu lorong kecil selain pintu utama. Ada satu mimbar kayu berukuran kecil.
Beberapa lampu gantung dan dua jam kayu menempel pada kayu penyangga.
|
Interior Masjid Agung Banten |
Di sekitaran masjid ini, banyak bangunan tua berjajar.
Nah kalau sekarang, masjid ini sudah rampung direnovasi. Pasti berkunjung ke
pelatarannya sudah nyaman sekali. Dengan nuansa baru payung pada sebagian sisi
halamannya.
5. Benteng Speelwijk
Dari masjid, kami berjalan menyusuri jalan setapak ke
utara lagi. Melewati rumah penduduk dan rel kereta api. Menuju ke Benteng Spielwijk
yang dibangun tahun 1585 di atas tanah reruntuhan tembok Kota Banten Lama. Jadi paska kalahnya Kesultanan Banten,
Belanda membangun benteng ini sebagai simbol kekuasaan mereka.
|
Kondisi terkini Benteng Speelwijk |
Bentuk benteng ini tidak beraturan. Lebih ke persegi dengan
bastion pada setiap sudutnya. Yang tersisa sekarang adalah tembok tinggi
menjulang bekas pertahanan koloni. Terdapat dua pintu setengah bundar arah
utara, satu pintu di sisi barat. Banyak ruangan bawah tanah sebelah kiri di bawah
area pengintai utara. Selain itu, yang masih teridentifikasi diantaranya 4
bastion, jendela meriam, ruang jaga, gudang logistik dan ruang penyimpanan
senjata.
|
Dinding benteng masih kokoh, meski sebagian sudah usang |
Lokasi benteng ini terletak di Kampung Pamarican, berjarak
600 meter sebelah barat laut Keraton Surosowan. Struktur benteng pertahanan ini
masih nampak kokoh sekali. Ketebalan dindingnya nampak dari struktur bata merah
yang dilapisi lagi dengan bebatuan keras. Dari bastion utara view mengarah ke
pantai. Kini pada area dalam benteng ini ditumbuhi rerumputan liar yang menjadi
lokasi padang ternak warga sekitar. Seperti terabaikan, bahkan tidak terawat
sama sekali saksi sejarah ini.
6. Kerkhoff
Persis di sebelah selatan Benteng Speelwijk, deretan
makam orang-orang Eropa ditemukan di area ini. Bentuk makamnya bermacam ukuran.
Ada yang datar hingga membentuk bangunan ke atas. Sekitar 50 makam orang-orang Belanda,
Perancis dan Inggris dimakamkan disana.
|
Area makam orang Belanda |
Nah, di ujung tanah makam, ada bangunan seperti pos jaga
yang usang namun klasik sekali. Atapnya rusak, hanya sedikit saja gentengnya
yang masih tersisa alias bagian rangkanya nampak tua. Jendela merah melompong.
Batu merah menyembul meruak-ruak dilekang waktu. Ada pohon rindang tumbuh subur
di sampingnya.
7. Vihara Avalokitesvara Banten
Tidak jauh dari benteng, sebelah baratnya persis seberang
sungai kecil yang mengarah ke laut. Saya pikir, dulunya pedagang Cina masuk
berdagang hingga bermukim di area ini dari kanal kecil yang mengarah ke Banten
Lama. Beberapa sumber menyebut kalau vihara tertua di Banten ini dibangun
sejak abad ke 16.
Pada pintu masuk vihara, terdapat dua naga hijau pada
atapnya seperti memperebutkan matahari. Pada sisi kanan dan kiri, ruangan
dengan dupa dan lilin menyala. Sedang bagian kanannya, menara kecil untuk
membakar dupa. Lalu memasuki Altar Kwan Im Pho Sat dengan banyak patung dewa-dewa
pada setiap ruangnya. Ada empat tiang penyangga ornamen naga.
|
Pelataran vihara saat akhir pekan |
Memiliki luas sekitar 10 hektar. Vihara ini merupakan
bangunan cagar budaya Provinsi Banten. Sempat terbakar pada 2009, lalu dipugar
sesuai bentukan aslinya pada 2012. Di area belakang vihara ini, lorong mengarah
ke bangunan lain yang sepertinya juga tempat ibadah serta fasilitas bangunan vihara.
Lantas warna kemerahan dengan polesan kuning menjadi ciri
khas vihara yang memiliki nama lain Klenteng Tri Darma. Sebutan ini
memiliki makna kalau vihara ini diperuntukkan tiga umat kepercayaan sekaligus
diantaranya Kong Hu Cu, Buddha dan Taoisme.
8. Dermaga Karang Antu
|
Wisata Bahari Karang Antu |
Spot terkahir kami adalah menaiki perahu motor. Berlayar
sekitar 30 menit di Teluk Banten. Tiket seharga Rp12.000 mengantarkan kami menikmati
udara sore dari atas perahu. Air lautnya berwarna kecoklatan. Matahari hampir
jatuh di ufuk barat. Wisata bahari ini cukup sederhana memang. Hampir sama
dengan yang ada di Sunda Kelapa. Perahu kecil hilir mudik. Banyak sekali
pengunjung yang datang ke dermaga ini. Ada yang memancing, duduk di pinggiran
dermaga, atau sekadar menikmati waktu bersama keluarga di akhir pekan.
|
Saya berfoto bareng Aghi dan Agus |
Berakhir sudah lliburan singkat kami di Rangkasbitung
dan Banten. Saatnya pulang, kembali ke ibukota. Kami berpisah dengan Aghi di
Stasiun Serang. Pulang jalan-jalan, kami mendapatkan tidak hanya cerita dan pengalaman,
tapi juga teman baru. Bersyukurnya!
Sekian ulasan perjalanan saya di Banten. Oh ya, saya kasih foto jadwal kereta lokal Rangkasbitung - Merak. Semoga berguna dan masih relevan ya!
|
Jadwal ka lokal Rangkas - Merak |
0 komentar:
Posting Komentar